Sabtu, 29 Juni 2013

Kenangan Ospek


Teringat akan kenangan pro-KM 2009, yang merupakan ospek dari seluruh mahasiswa baru kampus pada saat itu, ane masih ingat nama dan wajah-wajah teman satu kelompok, satu taplok cowo dan satu taplok cewe. Rame juga ketika mengerjakan tugas kelompok sampai jam 10 malam waktu itu, plus didampingi oleh taplok yang gaul dan paling bisa mencairkan suasana, dan selalu bercanda dalam keseriusan. Kemudian saat ramadhan juga kami mengadakan buka puasa bareng, walaupun tidak selancar yang di duga, tempat makan yang telah disepakati ternyata penuh, dan kami pun terpaksa mencari tempat makan lain, jadi deh buka puasanya di warung pecel lele di bawah jembatan pasopati.
Ya, tapi itu bukan poin yang ingin saya ceritakan di sini. Ada suatu kejadian lucu yang pernah saya alami dengan teman mantan sekelompok taplok ini, tepatnya pada saat semester 2 Tahap Persiapan Bersama (TPB) atau tingkat satu. Teman sekelompok taplok dipilih dari undian pada saat pendaftaran ulang mahasiswa baru, sehingga dari berbagai fakultas akan bercampur. Ane satu-satunya dari SF (Sekolah Female) di kelompok tersebut.
Waktu itu saat menunggu dosen untuk kuliah kalkulus IIB di lantai tiga gedung kuliah umum (GKU) barat, saya berdiri di samping pagar-pagar gedung, melihat pepohonan yang sejuk, eh, ketemu sama anak satu kelompok taplok anak fakultas dengan passing grade tertinggi di kampus ane, doi lagi asik juga memandangi pepohonan yang ada di dekat gedung program studi teknik mesin., “Woi, **it, pa kabar?” , tapi sorot matanya masih bingung, wkwk, apa maksudnya itu?, ane Tanya lagi, “aman bro kuliahnya?” , dia masih bingung, ooh, ane baru sadar rupanya dia lupa ane, “lu siapa?” kata doi, “ane temen setaplok lo waktu proKM”, jawab ane datar. Yang ane paling sakit hati adalah, bahkan dia ternyata lupa sama wajah ane, mungkin karena ane makin jelek karena bermunculan jerawat atau malah makin ganteng sehingga doi gak mengenali ane atau jangan-jangan doi gak pernah nyimpen foto bareng. Yapz ane ngenalin diri lagi dah waktu itu, padahal masa-masa sulit saat mengerjakan tugas kelompok saat ospek dilalui bersama. Mungkin doi mempunyai banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya sehingga ingatan akan ane di-delete permanently, yah elaa.. oke deh, mulai sekarang ane gak bakal nyapa-nyapa lagi dah tuh anak-anak yang segolongan doi, paling juga lupa sama ane, hahahaa… ya sudah..
Hikmah yang ane dapet adalah, memang dia berbeda sekali dari ane, dari SARA pun jauh berbeda, suku beda, agama beda, ras berbeda, dan mungkin lingkungan sosial pun berbeda, mungkin hanya kata “Indonesia” yang bisa mengaitkannya (lebay). Semua harus dimulai dari yang kecil, dari diri sendiri, dari lingkungan sekitar, baru deh boleh melebarkan sayap ke lain hal. Lebih asik anak satu daerah dari pada daerah lain, lebih asik anak satu SMA dari pada anak SMA lain, lebih asik satu pemikiran dari pada orang yg punya pikiran lain. So, maksimalkan dulu apa yang di lingkungan kita yang terdekat, diri sendiri, apa saja yang kita miliki, bagaimana kapasitas kita, bagaimana diri kita ini  yang sebenarnya.
Akan tetapi, yang ane sesalkan adalah, waktu ane tingkat 2 dan tingkat 3, astaghfirullah, ane pun mengalami hal yang demikian, banyak dari nama-nama temen ane pada lupa, bahkan sering saat ingin menyebutkan nama dosen yang udah pernah ngajarin ane pun mikir-mikir dulu, *mahasiswa durhaka* lupa akan seorang yang telah memberikan ilmunya. Ketika bertemu teman-teman pun sungkan untuk menyapa, hanya bilang “woi” atau “assalamualaykum” ,karena lupa nama. Rupanya ada yang tidak beres dengan otak ane. Dan yang paling sedih lagi ketika fakultas ane ngadain semacem tes bakat, dari 25 sifat yang dimiliki manusia, “empati” masuk ke ranking pertama terbawah, atau peringkat 25 yang ada pada salah satu lembar dari beberapa lembar hasil test ane. Tentu gak terima donk, timbullah pembenaran diri, “ah ini tes belum tentu akurat, masih banyak variabel yang belum di lihat”, Itu adalah saat setelah UAS semester 2 TPB. Yap, mungkin ane harus terus introspeksi diri apakah benar selama ini ane kurang merasakan orang lain yang ada di sekeliling ane, buktinya nama temen-temen dan dosen banyak yang lupa, atau bahkan sekarang ane udah menjadi mahasiswa autist, Naudzubillah.