Sabtu, 29 Juni 2013

Kenangan Ospek


Teringat akan kenangan pro-KM 2009, yang merupakan ospek dari seluruh mahasiswa baru kampus pada saat itu, ane masih ingat nama dan wajah-wajah teman satu kelompok, satu taplok cowo dan satu taplok cewe. Rame juga ketika mengerjakan tugas kelompok sampai jam 10 malam waktu itu, plus didampingi oleh taplok yang gaul dan paling bisa mencairkan suasana, dan selalu bercanda dalam keseriusan. Kemudian saat ramadhan juga kami mengadakan buka puasa bareng, walaupun tidak selancar yang di duga, tempat makan yang telah disepakati ternyata penuh, dan kami pun terpaksa mencari tempat makan lain, jadi deh buka puasanya di warung pecel lele di bawah jembatan pasopati.
Ya, tapi itu bukan poin yang ingin saya ceritakan di sini. Ada suatu kejadian lucu yang pernah saya alami dengan teman mantan sekelompok taplok ini, tepatnya pada saat semester 2 Tahap Persiapan Bersama (TPB) atau tingkat satu. Teman sekelompok taplok dipilih dari undian pada saat pendaftaran ulang mahasiswa baru, sehingga dari berbagai fakultas akan bercampur. Ane satu-satunya dari SF (Sekolah Female) di kelompok tersebut.
Waktu itu saat menunggu dosen untuk kuliah kalkulus IIB di lantai tiga gedung kuliah umum (GKU) barat, saya berdiri di samping pagar-pagar gedung, melihat pepohonan yang sejuk, eh, ketemu sama anak satu kelompok taplok anak fakultas dengan passing grade tertinggi di kampus ane, doi lagi asik juga memandangi pepohonan yang ada di dekat gedung program studi teknik mesin., “Woi, **it, pa kabar?” , tapi sorot matanya masih bingung, wkwk, apa maksudnya itu?, ane Tanya lagi, “aman bro kuliahnya?” , dia masih bingung, ooh, ane baru sadar rupanya dia lupa ane, “lu siapa?” kata doi, “ane temen setaplok lo waktu proKM”, jawab ane datar. Yang ane paling sakit hati adalah, bahkan dia ternyata lupa sama wajah ane, mungkin karena ane makin jelek karena bermunculan jerawat atau malah makin ganteng sehingga doi gak mengenali ane atau jangan-jangan doi gak pernah nyimpen foto bareng. Yapz ane ngenalin diri lagi dah waktu itu, padahal masa-masa sulit saat mengerjakan tugas kelompok saat ospek dilalui bersama. Mungkin doi mempunyai banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya sehingga ingatan akan ane di-delete permanently, yah elaa.. oke deh, mulai sekarang ane gak bakal nyapa-nyapa lagi dah tuh anak-anak yang segolongan doi, paling juga lupa sama ane, hahahaa… ya sudah..
Hikmah yang ane dapet adalah, memang dia berbeda sekali dari ane, dari SARA pun jauh berbeda, suku beda, agama beda, ras berbeda, dan mungkin lingkungan sosial pun berbeda, mungkin hanya kata “Indonesia” yang bisa mengaitkannya (lebay). Semua harus dimulai dari yang kecil, dari diri sendiri, dari lingkungan sekitar, baru deh boleh melebarkan sayap ke lain hal. Lebih asik anak satu daerah dari pada daerah lain, lebih asik anak satu SMA dari pada anak SMA lain, lebih asik satu pemikiran dari pada orang yg punya pikiran lain. So, maksimalkan dulu apa yang di lingkungan kita yang terdekat, diri sendiri, apa saja yang kita miliki, bagaimana kapasitas kita, bagaimana diri kita ini  yang sebenarnya.
Akan tetapi, yang ane sesalkan adalah, waktu ane tingkat 2 dan tingkat 3, astaghfirullah, ane pun mengalami hal yang demikian, banyak dari nama-nama temen ane pada lupa, bahkan sering saat ingin menyebutkan nama dosen yang udah pernah ngajarin ane pun mikir-mikir dulu, *mahasiswa durhaka* lupa akan seorang yang telah memberikan ilmunya. Ketika bertemu teman-teman pun sungkan untuk menyapa, hanya bilang “woi” atau “assalamualaykum” ,karena lupa nama. Rupanya ada yang tidak beres dengan otak ane. Dan yang paling sedih lagi ketika fakultas ane ngadain semacem tes bakat, dari 25 sifat yang dimiliki manusia, “empati” masuk ke ranking pertama terbawah, atau peringkat 25 yang ada pada salah satu lembar dari beberapa lembar hasil test ane. Tentu gak terima donk, timbullah pembenaran diri, “ah ini tes belum tentu akurat, masih banyak variabel yang belum di lihat”, Itu adalah saat setelah UAS semester 2 TPB. Yap, mungkin ane harus terus introspeksi diri apakah benar selama ini ane kurang merasakan orang lain yang ada di sekeliling ane, buktinya nama temen-temen dan dosen banyak yang lupa, atau bahkan sekarang ane udah menjadi mahasiswa autist, Naudzubillah.

Selasa, 30 April 2013

Geng Rangers, monster selalu muncul di kehidupan kita!, Keep FIGHTING!!




Sering sekali kawan-kawan mengingatkanku untuk beribadah, untuk terus membantu sesama,  mengingatkan shaum sunah,  SMS ayat Al-Quran dan Hadist Nabi, hati ini sangat senang untuk memiliki saudara-saudara yang soleh dan solehah, walaupun jarak memisahkan kita, namun hati ini terasa dekat, “rangers” sering terngiang-ngiang dihati dan pikiranku, benar sekali kalau mereka adalah orang-orang yang soleh, baik, dan pandai bergaul. Saya yakin di masa mendatang sisters dan brothers sekalian akan menjadi orang-orang besar, namun berkaca dengan diri ini yang nista penuh dosa. Tak tahu kapan bisa menyusul kalian.
Sisters and brothers, Keluarga Etos, Etoser 2009, Geng Rangers.



Kiki, Fisika Teknik ITB’09 @kikidoanc
Ketika melihat sosok Kiki, yang selalu serius dalam melakukan segala kegiatan yang dijalaninya, selalu dapat mencairkan suasana dalam candaannya, bahkan dalam kondisi yang genting, manehna masih tetap bisa mengontrol suasana. Budak ieu gandeng, gak bisa diem, nyorocos terus, tapi  militansinya dalam hal-hal yang baik terlihat sangat jelas, ia presiden BEM-KM Etos Bandung terbaik yang pernah saya tahu. Jiwa artistnya juga tidak kalah gandeng, pencipta lagu, suaranya khas, dan pandai mengarransemen nada, kebiasannya di asrama adalah ketika buka laptop  sambil mengerjakan sesuatu, dia mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras, sehingga berubahlah genre musik favorit anak-anak asrama karena keseringan dengerin lagu favoritnya Kiki. Kalau mau lihat lagu-lagu karya kiki, nih bisa dilihat guys!,

Novi Aulia Hikmawati, Ilmu dan Teknologi Pangan  UNAND’09 @AuliaSinaro
Cewe yang ramah dan  juga tak mau kalah dengan laki-laki, dia kurang suka berkumpul dengan sesama wanita, menurut dia kalau berkumpul dengan cowo itu adalah lebih, dia ini terlihat paling gahol di facebook, juga paling apdet tentang isu-isu yang lagi rame di dunia. Rajin dan pintar menulis, sangat cinta dengan budaya minang padahal bukan orang minang, hidupnya nomaden, berpindah-pindah, kuliah pun pernah satu tahun di IPB, di Lampung, di bekasi, entah di mana lagi kota-kota yang pernah, dan sepengetahuan saya, rumahnya juga ada di cempaka putih. Bu Aul ini memiliki banyak prinsip yang berbeda dengan ane.

Khoirun Nikmah, Teknik Kelautan  ITS’09  @nikmah26
Hatur nuhun, doi nulis diblognya, kalau ane itu seorang yang pendiam,, seneng banget deh dibilang orang yang pendiam. Hwahahaa, Aamiin.. dia salah satu rangers yang paling sering kirim sms. Sms nya bagus-bagus deh, doi paling terlihat on fire kalo masalah twitter dan facebook, maaf ya kawan, ane kadang kurang rajin buka fb. Facebook yang diblokir adalah sesuatu bagi Sist Nikmah ini.

Alin, Perikanan UNHAS’09 @alqiez_zie
Dari kata-katanya yang terucap terlihat jelas, dia ini wanita yang ceria, bersemangat, ramah, dan cepat akrab walaupun terhadap stranger, perantau dari Garut yang sekarang kuliah di Makassar. Dia ini paling pendiem kalau hal social network, twitternya  belum ketemu sampe sekarang.

Iis Casmiati, Teknik Material  ITB’09, @iscasmia
Salah satu wanita yang paling tegar dan mandiri yang pernah saya kenal, dan terjerumus masuk fakultas yang notabene sarang lelaki, hanya ada sedikit sekali cewe yang bisa masuk ke Fakultas Teknik Mesin dan DIrgantara, dari luar terlihat sangat sok centil dan manja, namun jangan salah, anjeunna sudah sering merasakan manis pahitnya dunia, dia mengaku sangat suka sekali dengan anak kecil, terbukti dengan aktivitasnya di organisasi PAS ITB, namun sifat keibuannya sama sekali tidak terlihat. Anjeunna juga hobi menulis, puisi-puisnya bagus dan salah satu impiannya menjadi penulis terkenal.

Abdul Karim, Fisika UI’09 @karim_geotermal
Dia ini anggota geng yang paling ganteng, entah kenapa orang-orang yang suka sama dia malah menyebut dia dengan sebutan “item”, ya, dari SMA banyak teman-teman yang menyebut itu, dan sekarang Bu Aul masih sering ngejekin dia dengan sebutan itu. Mapres UI ini punya banyak fans looh, (kata beliau). Siapa sih di UI yang gak kenal karim, fotonya aja terpampang di sudut-sudut UI waktu pemilihan mapres UI. Dia ini kurus, karena setiap hari selalu memikirkan umat. Tak hanya itu beliau juga multitalented. Karim ini sering dibuli ning pas jaman SMA, pekara rela-rela bae digeguyon asal batur-batur pada ngakak kesenengen.

Muhammad Khoiruddin Rajulaini, Teknik Industri UNDIP’09 @rajulaini
Ini orang pinter banget, dan juga Mapres UNDIP, terus??? kita musti bilang wooow, kalo enggak ente musti lihat transkrip IP nya deeeh…. Ente bakal ngeliat urutan basa nukleotida adenin panjang yang ada di mRNA sel eukariot. Rangers yang paling sering jalan-jalan keluar negeri, Thailand, Jepang, Malaysia, Singapura, kemana lagi ya bro?, gak apal aing. Ingin saya mendengar lebih banyak kisah-kisah inspiratif dari seorang kahim ini.

Dan saya sendiri Muhamad Ulfi Bahari, Sains dan Teknologi Farmasi ITB’09 @oeji_bahari adalah seorang yang nista, dan tidak bisa bergelut dengan monster. Karena monster juga makhluk hidup yang perlu dilestarikan untuk ditaroh di kebon binatang.. hwahahahaaa..

Inilah geng yag diinisiasi oleh kak Karim untuk menjaga semoga ukhuwah kita semua, dan seklilas terlihat ekslusif untuk etoser angkatan 2009, dan semoga tidak terlihat seperti itu sist bro,, karena kita semua keluarga, Etoser 2009..
Gengs, selalu mengingatkanku untuk menjalani kehidupan ini lebih baik lagi, terima kasih semuanya. Cerita-cerita kehidupan dari gengs, sering sekali membuatku makin sadar dan menginspirasi diri ini. Begitu juga di Etos, saya belajar banyak arti kehidupan.
Sering orang yang memiliki banyak sesuatu, akan  merasa tidak menghargai sesuatu tersebut. Dan tidak menghargai yang sedikit. Lets Keep Ukhuwah!


Selasa, 26 Juni 2012

Hari Pertama Magang Sanofi


    Setelah pukul 19.00 WIB nyampe lah ane dan gelar di kosan-nya bu Erba di Cempaka Putih Timur RT 17 RW 03 Jakarta Timur, dekat sekali dengan kantor kami magang, Sanofi, hanya jalan kaki sekitar setengah kilo dengan melewati jembatan penyebrangan. Sebenarnya kami dari Bandung memesan travel jam 14.00 WIB, tapi karena gua telat, jadi yah, si gelar duluan, and ane jadi brangkat jam 4 sore dari bandung. Wew, rupanya awal yang tidak baik, tapi tak apalah semoga ke depan tidak akan terjadi lagi. Hah, malam yang sangat lelah, langsung kami beberes kamar dan langsung tidur agak sore, supaya besok kami tidak tidak telat.
    Setelah memakai pakaian yang rapih dengan  kemeja lengan panjang, celana bahan, dan tak lupa pakai minyak rambut, kami berangkat bersama-sama jalan kaki ke kantor Sanofi. Sanofi merupakan perusahaan manufaktur obat, seperti Telfast dengan bahan aktif Fexofenadine HCl, dan dan beberapa produk suppo, dan semisolid. Produk obat Sanofi memang kurang familiar di masyarakat karena memang kebanyakan produknya adalah obat-obat keras sehingga tidak dijual bebas  di masyarakat. Pagi itu kami menunggu di lobi untuk bertemu dnegan Bu Nisya, dan setelah jam 7.45 kami lagsung menuju kantor Bu Nisya untuk langsung ngobrol-ngobrol sekilas tentang Sanofi dan tujuan kami magang di Sanofi, oia Bu Nisya adalah manager HRD di Industrial Affairs Sanofi, dia sangat mirip sekali teman ane di kelas, rambutnya, mukanya, matanya mirip pisan sama Tania temen sekelas gua, tapi Tania yang agak lebih ditarik dikit, hhaa.. salam damai untuk Tania jika dia sampe ngebaca..
    Setelah itu kami langsung diantarkan ke rungan Bu Nina, manager QA, kami langsung diwawancara mengenai apa tujuan kami magang, nanti akan ditempatin di mana, ngerjain apa, laporan, bla blaa blaa. Menunggu entah menuggu siapa di ruang meeting, sekitar setengah jam menunggu, ternyata langsung saja ada seorang wanita masuk ke ruang meeting, dengan mata yang bersahabat, senyum yang ramah, dan langsung mengajak kenalan, “anak PKL ya??, kenalin ane Vita, apoteker Universitas Pancasila (UP), kamu siapa?”, Vita langsung curhat betapa sepinya dia di kantor QA, dia PKPA di bagian QA, ada banyak istilah sih untuk PKL, ada PKPA yang merupakan kepanjangan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker, KP atau Kerja Praktek, dan juga magang, kalau di farmasi ITB, lebih familiar nama magang, karena laporannnya hanya diberikan kepada fakultas dan perusahaan tempat magang tidak mewajibkan adanya laporan tugas khusus setelah kita magang nanti. Setelah itu kami diberi saran oleh Vita supaya baca-baca Protap atau Prosedur Tetap khususnya di bagian Produksi, dan bagian PL atau Plant Logistik, karena sebelumnya bu Nisya bilag kalau kami nanti akan ditempatkan di PL dan yang lainnya di Produksi. Saat kami mulai baca-baca Protab, tiba-tiba datang juga seorang laki-laki dengan peringai yang baik, langsung mengajak berkenalan, namanya Nico apoteker satu kampus kampus denga vita, dia ditempatkan di bagian QC, kantor QC terletak di lantai 1, sedangkan kantor QA di basemen. Lantai 2 ke atas sampai lantai tujuh bukan termasuk Industrial Affairs Sanofi lagi, melainkan seperti marketing, Sanofi Pasteur, Bussiness development, Finance, dan Management Comitte.
    Lagi asik-asik baca protab yang banyak itu, dengan mata cape, dan rasa malas yang mulai muncul, datang Bu Lia, supervisor Production Planning yang termasuk ke dalam divisi PL, dia ngasih tugas, kami diberi waktu lima hari untuk mengerjakan tugas tersebut, kami dijelasin gimana carannyangasih tugas itu, tugasnya diberi dalam bentuk Microsoft Excel, Bu Lia menerangkan dengan logat yang agak2 sunda, dia bukan orang suda, tetapi suaminya orang bogor cenah, jadi dia sekarang mahir pisan basa sundana, dia terlihat sangat sabar menanggapi pertanyaan dari kami, terlihat sekali dari matanya yang selalu fokus pada kami saat menjelaskan tugas itu. Bu Lia mengulang menjelaskan tugas itu kepada kami, maklum lah, kami kan baru hari pertama di sono, jadi masih belum banyak tau seluk beluk industri. Kami diberi tugas untuk menentukan barang-barang apa saja yang akan dibeli nanti oleh perusahaan, barang2 ini lebih ke kemasan obat tersebut, seperti kemasan untuk suppo, dus, alublister, rotoplas dan kawan-kawan. Kami diberi beberapa file yang mempunyai nomor material tertentu, dan file yang berisi produk yang akan dibuat oleh perusahaan, sehingga kami bisa menentukan apa saja yang memang dibutuhkan oleh produksi untuk membuat produk tersebut.
    Ahirnya tepat jam 12.00 WIB, waktunya makan sang tiba, setelah sebelumnya kami diberi kupon makan siang dari Bu “Tania”, kupon tersebut bertanda ‘Launch Coupon’ hhoo, entah masih ada yang salah ketik, padahal ketika ane melihat buku kenang-kenangan dari anak2 yang dulu pernah magang di sanofi, ada salah satu magangers yang menempelkan kupon terseut ke buku itu, dan ejaannya memang benar. Tulisannya benar ‘lunch’. Waaaw, makanannya sangat bergizi dah pokoknya, protein ada tiga macem, salah satunya pasti daging, ikan, dan protein lain, sayur yang berkuah, buah, dan tidak lupa kerupuk. Kami dapat memilih lauk apa yang kami ingin makan, pilihannya ada banyak bro, hha..
Setelah makan siang, kami sholat di mesjid yang ada tepat di belakang kantor QA, setalh sholat kami mengerjakan tugas dari bul Lia tersebut sampai jam setengah lima sore.. waw, pulang!!! Sudah, itu hari pertama ku magang bersama teman ane Gelar di Sanofi.



Kamis, 02 Februari 2012

Iman

Dua kenyataan besar yang akan terus dirasakan dalam pribadi manusia yaitu tabiat keimanan naik dan turun : meningkat ketika kita sedang berada di majelis keilmuan, di antara orang-orang saleh, di masjid, dan ketika biasanya keluar dari lingkungan tersebut mungkin keimanan seseorang akan berkurang. Ibnu Mas’ud “Sesungguhnya jiwa-jiwa itu mempunyai saat-saat yang cerendung untuk beribadah dan tidak beribadah”.Ukuran kebaikan seseorang tidak dilihat dari awal ataupun pertengahan hidupnya, tetapi yang di lihat adalah pada ahir hidupnya."
Bagaimana caranya membuat keimanan seseorang menjadi stabil:
1. Al-ma’rifah (Pengetahuan) :karena iman adalah kumpulan kebenaran-kebenaran yang kita ketahui, lalu kita pahami, lalu kita hayati dan kita yakini. Sehingga keimanan bersumber dari kesadaran suatu pribadi yang kemudian berkembang sampai relung-relung jiwa kita.
Orang-orang yang hatinya berpenyakit akan mengikuti ayat-ayat mutasyabihat yang arti kepastiannya belum dipastikan, sehingga mereka mengartikan ayat-ayat tersebut sesuai syahwatnya. Salah satu penyebab seseorang menjadi kafir adalah ketidakmampuannya dalam menghadapi berbagai macam subhat. Subhat ini dapat kita temukan dalam bentuk struktur sosial politik seperti kebijakan-kebijakan pemerintah; dan kebudayaan nenek moyang yang masih diikuti padahal budaya nenek moyang tersebut sama sekali tidak sesuai dengan petunjuk Allah.
Misalnya di Bali yaitu di desa Buyan Gede ada sebuah kebiasaan menyimpan ari-ari dalam batok kelapa kemudian digantungkan di atas pohon kelapa. Hal ini juga memang karena manusia diciptakan untuk mengikuti atau mencontoh orang lain, sebagai contoh saat pembunuhan manusia pertama kali yaitu pembunuhan Habil oleh Qabil, Habil mengimitasi perilaku seekor burung gagak yang mengubur seekor burung gagak lain yang telah mati, kemudian Habil pun mengikuti perilaku burung gagak tersebut dan menguburkan mayat Qabil. Banyak ahli psikologi yang menyatakan kemampuan untuk mengikuti cara orang lain berperilaku dengan baik merupakan potensi yang sangat baik bagi keberlangsungan kehidupan manusia, namun di sini manusia mempunyai akal untuk memilih apa-apa saja yang memang baik dan benar terhadap hal-hal yang akan diperbuatnya. Kita dapat mengambil pelajaran dari kiat-kiat orang sukses, dan tidak mengikuti prilaku orang-orang yang tidak bermoral. Gaya berpakaian seperti sekarang ini yang lagi ngetrend seperti wanita berjilbab, makanan favorit, dan juga kegemaran pada zaman sekarang banyak yang meniru gaya barat, itu adalah hal yang wajar, tetapi lebih baik lagi jika kita mempunyai ciri khas pribadi yang sesuai tuntunan Allah. So ketika keimanan tidak didasarkan pada pengetahuan maka sesungguhnya iman itu rapuh, pemikiran-pemikiran yang ditawarkan barat atau yang sering kita sebut sebagai “perang pemikiran” akan mampu menggoyahkan keimanan seseorang.
Logika psikologi seperti wajar saja jika ada seorang kaya, punya jabatan tinggi, muda dan ganteng maka ia akan sombong akan dirinya, itu adalah logika psikologi. Dan sikap rendah hati atau tawadhu adalah sikap merendahkan diri padahal ia secara lahir mempunyai kelebihan-kelebihan dari pada orang lain, orang yang tawadhu sebenarnya mempunyai pengetahuan akan kebenaran syar’i yaitu bahwa di atas langit masih ada langit. Sebaliknya orang yang sombong padahal ia dan tidak berilmu, maka itu adalah penyakit hati, karenya ia tidak punya alasan untuk menyombongkan diri. Begitu juga seorang Bos yang kaya, punya banyak anak buah, sering bertemu karyawan-karyawannya yang cantik, dan dapat menjaga rahasia dengan baik, jika dalam logika psikologi ia memang mudah sja untuk main wanita. Jiwa kita membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap keimanan-keimanan tadi, untuk itu juga kita harus mempunyai konteks standar hidup ibadah untuk menjaga keimanan tersebut dari serangan-serangan setan, seperti tilawah tiap hari, zikir harian pagi dan sore, dan puasa senin kamis.
Terkadang pengalaman hidup tidaklah cukup bagi seorang manusia untuk mengerti banyaknya pengetahuan itu karena kita dibatasi oleh hanya hidup beberapa puluh tahun saja, dan mempelajari pengalaman-pengalaman hidup orang-orang yang lebih dulu hidup adalah sangatlah harus dilakukan (Q.S. Al-Alaq : 1-5), bahkan ada yang berkata jikalau kita tidak mengetahui sejarah maka kita seakan dikutuk untuk mengulangi sejarah yang buruk tersebut. Tidak hanya pengetahuan yang bersifat kognitif saja, kadang kala ada beberapa ilmu yang tidak dapat kita dapat dari dunia nyata ini, melainkan dari hati masing-masing setiap individu tersebut, spriritualitas tersebut memang telah ditanam ke dalam hati manusia oleh Penciptanya (Q.S. Al-Araf : 172).
2. Management konflik jiwa
a. Muhasabah (Introspeksi diri)
Melihat kembali ibadah-ibadah yang telah kita lakukan, apa saja maksiat yang telah kita tinggalkan, apa saja akhlak yang kita dapat seminggu terahir, apa saja amalan harian yang masih tetap istiqomah dilakukan. Muhasabah dapat dilakukan dengan cara menyendiri tanpa ada gangguan orang lain seperti meditasi sejenak. Kita mengevaluasi apa saja yang ada pada diri kita, jangan sampai orang lain yang lebih tahu akan diri kita dari pada diri kita sendiri.
b. Jika terlanjut terjatuh kepada dosa, maka kita harus langsung bangkit. Saat kita tidak sadar kita sering terjerat oleh setan, hal ini memang manusiawi, maka hal yang paling paling baik dilakukan adalah segera dan cepat untuk memperbaikinya, sesuai hadist nabi “sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang selalu bertaubat” dan cara lain untuk memperbaiki perbuatan dosa adalah melakukan hal baik yang baru, seperti juga kejahatan, akan mengajak kejahatan yang lain. Ketika di mesjid, maka kita akan tergoda untuk berbuat kebaikan, begitu juga saat kita sering bergaul dengan teman yang kurang agamis, semakin sulit untuk membaca Al-Quran, semakin kita sulit untuk sholat berjamaah. Ketika shalat fardu di mesjid, kita akan lebih semangat untuk melakukan shalat sunah rawatib dari pada shalat di rumah. (intinya dekati sarana ibadah).

Sabtu, 12 November 2011

Ayah Juga Lupa

W livingstone Larned

Dengar, Nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbarng tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang membaca Koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghampiri pembaringanmu.

Ada hal-hal yang Ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu Ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.

Saat makan pagi ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu. Kau meletakkan sikumu di atas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru, “ Selamat jalan ayah!” dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab “Tegakkan bahumu!”

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari . begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lubang pada kaus kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. Kaus kaki mahal, dan kalau kau yang membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu , Nak, itu keluar dari pikiran seorang ayah!

Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang membaca di ruang perpustakaan , bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus mamandang koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. “Kau mau apa?” semprot Ayah.

Kau tidak berkata sepatah pun melainkan berlari melintas dan melompat ke arah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher saya dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang kecil makin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang Tuhan telah tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabaian sekali pun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.

Nah, Nak, sesaat setelah itu koran jatuh dari Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sedang Ayah lakukan? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca, ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki. Bukan berarti Ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukkan dengan sifat spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium Ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan ayah sudah berlutut di sana, dengan rasa malu!

Ini adalah rasa tobat yang lemah; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan menjadi Ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah Ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini seolah-olah sebuah ritual: “Dia Cuma seorang anak kecil, anak lelaki kecil!

Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki. Namun, saat Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu. Ayah sudah meminta terlalu bayak, sungguh terlalu banyak.

Rabu, 09 November 2011

Galaunya bocah ^^'


Empat bocah anak kecil bermain di depan halaman mushola, seperti biasaya setelah pulang dari sekolah mereka bermain di sana, halaman mushola itu adalah jalanan umum namun jarang sekali orang berlalu lalang, sesekali ada motor yang lewat, jalanan itu ramai hanya kalau waktu sholat tiba, biasanya pada saat-saat waktu shalat magrib banyak sekali warga daerah tersebut yang berkunjung ke mushola untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah. Jalanan itu tidak bersemen sehingga mereka bebas bermain apa saja seperti bermain engklek, gobak sodor, dan juga bermain kelereng.

Tong mali maliatong, suatu permainan tradisional khas daerah itu, itulah permainan yang sering dimainkan oleh keempat anak yang masih duduk di kelas 4 SD, oh iya salah satu dari mereka ada yang masih kelas 3 SD, Alpin namanya, ia yang paling kecil diantara ketiga kawan yang lainnya. Eki, Ujang dan Dewi sudah kelas 4 SD. “Tong mali maliatong bedegong kayu manis disangkana orang sombong, tong mali maliatong bedegong kayu manis disangkana orang sombong”. Diulang ulang sampai tiga kali ceunah, “ayoo, eki jadi ucing deui!” Eki salah untuk menebak siapa diantara Alpin, Dewi, dan Ujang yang dikepalan tangannya ada batu kecilnya, Eki kira kalau Dewi yang memegang batu padahal Alpin yang memegangnya, raut muka Dewi yang sangat tidak berekspresi dan mulutnya yang selalu terdiam itulah yang mensugesti Eki untuk berpikir bahwa Dewi yang memegang kerikil tersebut, Alpin yang sebenarnya memegang kerikil itu membuat mimik muka yang sama sekali tidak menunjukkan kegelisahan atau apa, mukanya bagaikan tanpa dosa, jadi aja Eki salah menebak. Dan karena salah menebak itulah lanjut lagi Eki jadi ucing, “aah, teu rame, urang jadi ucing deui..!!”. Permainan ini bisa dimainkan minimal oleh tiga anak, satu jadi ucing dan yang lainnya jadi orang, ucing merunduk persis posisi orang yang sedang sujud sambil matanya merem kemudian anak yang lain duduk mengelilingi ucing itu sambil menyanyikan “tong mali maliatong tong bedegong kayu manis disangkana orang sombong yang diulang ulang sambil estafet batu kecil, batu kecil itu dipegang dan kemudian diestafetkan ke anak yang ada di sebelah kirinya begitu terus sampai batu itu berputar-putar sampai lagu tong mali maliatong berhenti dinyanyikan, dan setelah itu giliran anak yang jadi ucing yang akan menebak siapa yang memegang batu kecil itu, jika salah maka anak yang menjadi ucing akan jadi ucing lagi dan jika benar maka anak yang memegang batu kecil itu yang akan bergiliran menjadi ucing.

Jam dua siang mereka masih saja larut bermain, “woi, itu ada duit!” teriak Ujang. Tepat di depan tulisan ‘batas suci’ di pingir sandal swallow biru tergeletak duit kertas hijau lusuh tak berdaya bergambar foto Oto Iskandar Di Nata. “dep dep nemu duit yang nemu diem bae!!”, sambil tangan ujang menutup duit tersebut dengan tangan kanannya sehingga posisi ujang persis seperti jurusnya pengendali tanah yang ada di kartun avatar. Begitulah gaya ucapan yang sedang ngetop kalau lagi nemu duit. Hahaa “dep dep nemu duit yang nemu diem bae!!”, kalau diliat dari kata-katanya, sangat bertentangan dengan tingkahnya “DIEM BAE!!” padahal dia sendiri yang teriak, gak salah kata tuuuh?. “temen-temen…! Kita bagi aja nih duitnya jadi dapet lima rebuan, gimana nih cuy???!!”. Ujang kegirangan, disambut dengan seruan Eki “iya Jang, bener pisan maneh, kita bagi aja yo!!” , Eki yang gendut, imut, putih, mata sipit persis seperti anak cina mirip sekali dengan boboho waktu kecil, tetapi agak lebih kurusan si Eki dari pada si gendut boboho. Berbicara dengan lantang dan penuh ceria, sekilas hati kecilnya berkata, lumayan laaah buat meuli baso euuy.. apalagi Ujang yang setiap harinya hanya dikasih jajan dua ribu rupiah dari ibunya, dapet duit lima rebu mah seneng pisan da.

Dewi masih bingung tak tahu apa yag mesti dia lakukan dengan uang temuan si Ujang itu, sedangkan teman-teman yang lain meminta pendapat Dewi, memang karena Dewi mempunyai aura yang kuat terhadap teman-temannya, dia gadis kecil yang cantik dengan rambut pendek sampai ke bahunya, banyak teman laki-lakinya yang suka dengan Dewi. Selain itu Dewi juga juara kelas, setiap semester dia selalu mendapatkan ranking satu di kelasnya. Guru-guru juga selalu kagum dan tak jarang memujinya. Dewi tetap bingung, sebenarnya dia sangat senang kalau mendapatkan uang lima ribu, tapi di hati kecilnya berkata, “itu kan punya orang, jadi gimana donk, harusnya kan gak boleh di pake”. “gak tau euy, urang mah ikutan kalian aja deh” celetuk Dewi.

“Tapi itukan punya orang lain” celetuk si Alpin, bocah paling kecil diantara ketiga temannya itu tidak setuju, Ia ingat ketika ngobrol sama ibunya di ruang tengah rumah sambil nonton film kartun “Upin dan Ipin”, waktu itu Upin sedang ingin membeli permen ke toko kemudian di perjalan Upin menemukan koin logam di jalan, Alpin dan Ibunya sedang asyik nonton kartun itu, “wah asik tuh mah, si Upin nemu duit, lumayan buat tambahan beli ayam goring ceunah”, dengan nada anak kecil umur 6 tahun yang bekata polos kepada Ibunya. “Gak boleh itu Alpin, seharusnya jangan dibuat jajan kalau misalkan Alpin nemu duit, ya kasih ke yang punyanya”. Alpin mulai bingung. “kan yang punya duit itu udah jauh mah, udah pergi, masa harus dipanggil-panggil deui??”. “Ya berarti jangan diambil donk dek kalau kamu tidak berniat untuk mengembalikan duit itu”. “diambil orang lain donk mah entar duitnya, kalau Si Upin gak ngambil”. Saat itu Alpin masih belum puas dengan jawaban Ibunya, dan sekarang kejadian itu menimpanya dan teman-temannya, kertas hijau persegi panjang itu masih tetap lusuh tak berdaya, kusut dan teremas-remas di tangan Ujang sedangkan Alpin masih ragu untuk berbagi hasil temuan itu.

“Ah alpin mah gak seru!”, celetuk Eki yang kecewa karena Alpin tak setuju kalau uang temuan diambil mereka. “ya udah pin kalau maneh gak mau ya udah, duitnya dibagi tiga aja!!” kata Ujang. Alpin mulai terpojokkan oleh Eki dan Ujang, hati Alpin seakan terdesak supaya menerima bagian uang tersebut. “lumayan pisan tuh pin buat tambah-tambah kamu beli mobil tamia hati kecilnya berkata. Iya yah lumayan juga tuh duit bisa dikumpulin buat tambah-tambah untuk beli tamia. Sugesti dari Eki mempengaruhi hati Alpin.

“Kata mamah urang gak boleh pake duit yang nemu di jalan ceunah, dosa katanya,” Alpin menjawab dengan nada polos. “Ah, boong ah Alpin nih, urang belum pernah denger deh kalo pake duit dari nemu itu dosa, sok aja, urang kan sering ikutan ngaji sama ustadz Lukman, Ustadz Lukman gak pernah tuh bilang kalo duit dari nemu gak boleh dijajanin,” sanggah Eki yang waktu itu sedang sangat ingin beli baso dari uang hasil temuan itu, dia sudah lama sekali tidak makan baso. Rasa khas baso yang enak dengan campuran bumbu vetsin dan cukanya itu rupanya Eki ketagihan.

Dewi dari tadi masih diam saja, karena memang dia sedang bimbang antara pendapat Eki dan Ujang atau Alpin. Dia hanya duduk jongkok di tanah sambil menggores-gores tanah dengan ranting kayu. Sedangkan lainnya masih berdebat sambil jongkok membuat lingkaran di depan Dewi. Tiba-tiba Ujang mengangkat tangannya yang menggenggam uang tersebut “Jadi gimana nih teman-teman, urang jadi ikut-ikutan bingung gara-gara si Alpin, urang juga takut dosa nih!!, sebenernya dosa gak sih kalo kita pake ni duit?? Kata Alpin dosa, tapi kata Eki boleh-boleh aja ceunah!”. “Ah kita masih kecil tau, jadi gak bakalan dapet dosa deh, gitu Jang kata Ustadz Lukman mah, katanya kalau misalkan kita udah balig atau sekitar umur 15 tahunan katanya, baru kita bisa dapet dosa. Gak apa-apa deh kita pake jajan aja duitnya, tar kalo kita udah gede jangan ambil duit dari nemu lagi, gitu aja kan yoo.!!!” Eki terus memperkuat pendapatnya itu, memang dia sudah tidak sabar lagi ingin memakai uang itu untuk beli baso. “Bener juga kamu Ki!” kata Ujang. Ujang semakin yakin kalo memang tidak dosa jika memakai uang temuan itu.

Tiba-tiba dari belakang mereka, “eh, bentar dulu!” Dewi yang tadinya diam saja sekarang bicara. “barang kali saja orang yang punya duit itu, duitnya jatuh pas saat lagi keluar mushola, jadi kalo menurut urang sih taro aja di mushola lagi, bisa aja orangnya nyariin ke mushola, terus kalo dia ke mushola dan gak ada duitnya kan berarti kita yang dosa donk..!” ,”Ih Dewi, kita tuh masih kecil, jadi belum bisa dapet dosaa!!” debat Eki, “kan belum tentu juga kejadiannya kayak gitu Dew..!”

“Jadi gini aja deh, yang gak setuju kita pake duit ini sapa??!! Cung!!” gak ada sama sekali yang ngacung, baik Dewi maupun Alpin yang tidak setuju jika uang temuan itu mereka pakai. Perasaan galau masih ada di hati Alpin dan Dewi, tak terkecuali juga Ujang anak yang menemukan uang tersebut, sekarang agak kurang setuju dengan pndapat Eki.. “Naaah tuuh kan sebenernya kalian mau kan!!, yaudah langsung aja dibagi Jang, sini saya tukerin di tokonya Mang Ipan, tar saya kasih kalian masing-masing lima rebu. Ok?”.

Tangan Eki langsung menyambat uang kertas hijau itu dari tangan Ujang dan berlari menuju Toko Mang Ipan yang jaraknya dua blok dari tempat bermain. Lama sekali rupanya si Eki menukarkan uangnya.

Matahari keluar dari awan-awan yang menghalangi sinarnya, panas pun makin terik, sehingga anak-anak pun berteduh di mushola, angin dataran tinggi yang sejuk masuk berlalu lalang di mushola dan keramik yang dingin membuat kenyamanan dari sengatan sinar maahari pada siang itu. Lima menit berlalu, tetapi Eki masih saja tidak kelihatan batang hidungnya. Rupanya Dewi, Alpin dan Ujang masih menunggu Eki untuk membawa duit hasil ditukar dari tokonya Mang Ipan. Memang hati mereka masih menginginkan uang tersebut, padahal sebelumnya mereka agak tidak setuju untuk memakai uang hasil temuan itu.

Di jalan saat setelah menukarkan uang dua puluh ribuan itu, Eki mendengar suara musik gendang kecil dan suara saron khas topeng monyet, Eki pun langsung menuju sumber suara itu, dan ternyata memang benar ada pertunjukan topeng monyet. Eki terpana melihat seekor monyet yang bertingkah seperti mausia, seperti memakai kaca mata hitam, memakai motor, bercermin, berlagak mati karena tertembak, memakai payung, membawa jinjingan mau pergi ke pasar, dan juga tak jarang si monyet menggoda anak kecil, si monyet mendekati anak kecil dan anak kecil yang didekati kebanyakan malah menjerit ketakutan. Sehingga tak jarang juga ada anak kecil yang mengajak ibu atau pun kakaknya untuk menonton pertunjukan topeng monyet tersebut. Eki larut dalam segala acting yang dilakukan monyet itu.

Sedangkan di mushola masih menunggu, Alpin, Dewi, dan Ujang. “Duh, parah pisan nih si Eki, kok bisa lama pisan ya?”, “mungkin di tokonya Mang Ipan gak bisa nuker duit kali, jadi Eki nyari toko lain deh kayaknya” kata Dewi, “Ah paling si Eki liat topeng monyet itu tuh,” memang suara musik pertunjukan topeng monyet terdengar sampai mushola, “Yaudah kalo gitu, sambil nunggu Eki balik, kita nonton topeng monyet dulu yo, biar pas kita balik ke mushola udah ada si Eki”. “Wah, jangan kayak gitu donk Pin kasian si Eki kalau dia yang nunggu di mushola”. Memang terlihat sekali bahwa perangai Dewi sangatlah baik, dia tidak pernah menginginkan orang lain menjadi susah, sangat beda jauh dengan Ujang yang tidak akan peduli dengan lingkungannya kalau-kalau sedang melakukan hobinya.

Lima belas menit berlalu setelah Eki pergi untuk menukarkan uang. Dewi, Alpin, dan Ujang malah asik tidur-tiduran di teras mushola sambil melepas kegerahannya dan mendengarkan alunan dari kendang kecil dan saron pertunjukan topeng monyet yang kira-kira tiga ratus meter jaraknya dari mereka. Tiba –tiba “plak-plak-plak-plak” suara sandal jepit yang semakin mendekat, dan setelah itu suara napas yang terenggus-enggus. Sementara tiga anak yang lain masih memejamkan matanya menikmati kesejukan udara di mushola.

“Oi, temen-temen, ini urang udah bawa duitnya”, “lama pisan kamu Ki, habis ngapain?” Tanya Ujang penasaran. “Oooh, tadi urang lupa mau ke mushola, tadi urang nonton topeng monyet dulu sebentar,map yaa, lupa euy!”, “Tuh kan ceuk urang oge, si Eki nonton topeng monyet dulu!”. “Ah, parah maneh Ki, bisa lupa gitu!” Alpin ngenyeletuk. “Yaudaah, ini urang bagiin buat kalian lima rebuaaan!, jangan marah lagi doonk!, niih buat Alpin lima rebu, buat Dewi lima rebu, buat Ujang lima rebu, buat urang empat rebu, tadi urang sambil beli ciki”. “makasih ya Ki!!” serentak Ujang, Dewi ,dan Eki berterima kasih. “siip!”.

“Haduh panas pisan euy! Cuci muka dulu ah!” keluh Eki habis berlari-lari menuju mushola itu, memang karena cuaca di luar sangat panas sekali. “Aaah, urang juga ikutan cuci muka aah!” celetuk Alpin, “urang juga” Dewi membalas, “urang juga!” Ujang pun ikutan.

Dibasuhnya muka, tangan, dan kaki. Segarnya saat itu, disaat panas terik dan lelah, mereka bisa mendapatkan air yang sesejuk air gunung, yah begitulah di daerah Bandung, meskipun cuaca yang sangat terik tetapi air tanahnya masih tetap sejuk dan dingin.

Setelah selesai mencuci muka dan kembali duduk-duduk tiba-tiba Alpin terus saja memandangi pojokan mushola, rupanya tergeletak membujur dua kotak kenclengan hijau berpegangan besi dan tergembok. Sementara yang lain sedang asik ngobrol, “ eh, kamu ki buat apa duitnya?” Tanya ujang kepada Eki, “urang mah buat beli baso” jawab Eki, “kan duit kamu tinggal empat rebu, ada gitu baso yang segituan?”, “ada donk, di mamang-mamang tukang baso yang sering mampir di depan rumah urang. Kalau kamu buat apa?”, “tahu nih, kayaknya buat disimpen aja dulu deh, heman euuy!”, “beuh, kamu mah! Irit nyaa!”. “Kalau kamu itu duit buat apa Dew?” Tanya ujang, “e…e., buat….buat… tar aja liat besok!” jawab Dewi dengan tidak yakin.

Alpin melangkah menuju pojokan mushola dengan tenang, Dewi memperhatikan Alpin, kemudian Alpin dengan santainya memasukkan uang lima ribu rupiah itu ke dalam lubang kencleng yang bergambar mobil dari tip-ek. Dewi langsung mengikuti tindakan Alpin, segera Ia berdiri dan melangkah menuju Alpin kemudian memasukkan uang lima ribu rupiah yang dibagikan dari hasil temuan itu ke dalam kotak kencleng yang sama. Sedangkan Eki dan Ujang masih enak ngobrol monster YuGi-Oh di teras mushola, “urang punya loh kartu dewa “Ra” sama “Obelisk”, kamu punya “Oxiris” gak Jang?”, “urang punya dua kartu “Oxiris” mah! Tukeran yu!!,supaya kamu punya semua kartu dewa, tukeran sama kartu mejik “monster reborn deh”!, “aseek, okeh!” besok pas sekolah dibawa yaa!!.. “okok!”.

Esok harinya, saat waktu istirahat sekolah jam sepuluh, Ujang dan Eki bertanya kepada Alpin dan Dewi di halaman sekolah yang banyak sekali anak-anak lalu lalang dan teriak-teriak, “Buat apa dew duit yang kemaren?” Tanya Ujang kepada Dewi, “ooh, urang masukin ke kotak kencleng di mushola kemaren, kamu mah asik ngobrol aja kemaren waktu di mushola!”, “oh yaa!!!” Eki dan Ujang kaget, Ujang menyesal mengapa kemarin tidak sedetikpun terbesit untuk memasukkan duit hasil temuannya itu ke kencleng mushola. “ aah, kamu mah dew gak bilang-bilang!” ,”aih, orang kamunya juga asek ngobrol sama Eki, Alpin juga sama tuh, masukin lima rebuan yang dari Eki itu ke kencleng mushola”.

Ujang dan Eki, masih tetap bingung mengapa Dewi dan Alpin bisa sampai memasukkan uangnya ke kencleng mushola, memang pikiran untuk tidak memakai uang yang bukan haknya sempat terbesit, tapi keinginan untuk memakai uang tersebut jauh lebih besar dibandingkan untuk memikirkan hal yang masih ragu-ragu itu. Dan apa sebenarnya yang dilakukan Dewi dan Alpin?, pertanyaan itu masih muncul dibenak Ujang dan Eki.

Ujang tersugesti akan tindakan Alpin dan Dewi, Eki pun demikian. Dan saat itu mereka sadar, kalau memang uang tersebut bukanlah hak mereka. “Habis pulang sekolah saya kasih ke kencleng mushola saja kalo begitu duitnya” hati kecil Ujang berkata. Hati kecil Eki pun demikian “tar deh urang ganti”, Ia merasa bersalah karena telah memakai duit hasil temuan Ujang itu untuk membeli baso kemaren sore.

Minggu, 06 November 2011

Musim Galau, PEMUDA identik dengan GALAU?

“Galau” merupakan kata yang sering diucapkan maupun dijadikan status di facebook, twitter atau jejaring sosial lain oeh para remaja dan pemuda, arti galau tidak jauh dari arti kata bimbang atau tak dapat memilih diantara dua atau lebih pilihan yang sedang dihadapi, baik itu semuanya pilihan yang baik-baik atau ada yang salah satunya memang buruk. Misalnya saja anak SMA yang baru akan lulus sulit sekali untuk menentukan jurusan keilmuan yang ingin ditekuninya di perguruan tinggi. Begitu juga bagi para mahasiswa yang merasa tidak sanggup untuk berorganisasi di himpunan, unit atau pun juga kegiatan organisasi di luar kampus karena akademiknya merosot jauh.

Mengapa pemuda, bukan orang tua yang sering mengalami kegalauan, karena orang tua telah banyak mendapatkan pengalaman hidup, lebih banyak mendapatkan kegagalan maupu kesuksesan, sehingga ia lebih tenang dan sabar dalam menghadapi kehidupan ini.

Pemuda yang sedang galau sangatlah tersiksa, maka janganlah sekali-kali untuk mengganngu apalagi menggodanya. Hidupnya seakan diam stak tanpa tujuan, karena masih saja memikirkan apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Dalam menjalani kuliah ia pun tak focus, dalam berorganisasi juga, apalagi kalau di kelas biasanya sangat menjadi tidak nyaman untuknya sehingga kelas biasa dijadikan tempat untuk tidur. Dalam dunia kerja pun begitu, ia akan menjalani pekerjaan tersebut dengan tidak nyaman akibatnya kerjaan pun tidak maksimal dan kualitas hidup akan seperti itu itu saja.

Pemuda yang sedang galau sulit untuk memilih salah satu hal, karena ingin mencapai hal yang terbaik merea terus berpikir manakah yang harus dilakukan, sehingga waktu pun telah bergulir sehingga terlambat untuk memilih kepitusan yang ahirnya akan memperburuk track record orang tersebut, seperti contohnya, seorang mahasiswa yang dari awal sudah memutuskan aktif di kegiata organisasi nasional maupun internasional, maka pasti akan berbeda hasilnya dengan mahasiswa yang dari awal lebih prefer kepada Sciene atau bidang penelitian, dan akan berbeda pula bagi mahasiswa yang dari awal merasa ia tidak cocok untuk di jurusan yang ia pilih. Tetapi dalam bidang yang tidak digelutinya juga harus mempunyai standar minimal, sehingga dapat bergaul dalam dunia global. Dan bagi lulusan sarjana biasanya yang bekerja di bank padahal jurusannya tidak ada hal yang berhubugan dengan bank akan mempunyai kekurangan kepercayaan diri karena menganggap pekerjaannya tidaklah sesuai dengankeinginannya.

Keputusan yang terlambat karena berusaha untuk mencapai yang terbaik, makin lama keputusan dibuat maka makin berkurang ketegasan seseorang makin berkurang pula wibawa orang tersebut. Lebih baik suatu hal dengan cepat dari pada lama. Karena dalam pilihan tersebut pasti ada kemungkinan benar sehingga dapat menuju kepada kesuksesan dengan lebih cepat. Mahasiswa biasanya bingung antara belajar akademik yang rajin sehingga karena prestasi akdemiknya mendapatkan beasiswa sehingga dapat digunakan untuk pembayaran spp atau memilih berwirausaha sehingga mampu membayar spp sendiri dan mendapatkan pengalaman usaha yang baik, atau juga ada yang memanfaatkan masa-masa kuliah sebagai tempat mencari teman, link atau jaringan dengan mengikuti berbagai organisasi dan event-event sehingga kedepannya akan lebih mudah bagi mahasiswa tersebut dalam membuat mahasiswa tersebut lebih mudah dalam urusan mahasiswa tersebut kedepannya.

Berbeda dengan orang yang malas, kegalauannya diakibatkan karena hal-hal yang tidak penting seperti, bingung memilih kantin untuk makan siang, bingung dalam pengerjaan praktikum, bingung dalam memilih pakaian untuk ngampus. Sebenarnya kegalauan tersebut dapat dihilangkan dengan cara melatih ketegasan dari hal-hal kecil seperti yang telah disebutkan di atas.

Setiap orang ingin berhasil dalam kehidupannya di segala hal. Maka hal yang paling mungkin jika keberhasilan tak dapat dicapai adalah kegagalan, tetapi kegagalan sebenarnya adalah petunjuk untuk mencapai keberhasilan. Gagal berarti tidak berhasil sehingga arah kita tidak akan lagi mengarah pada kegagalan itu tapi akan makin dekat menuju kleberhasilan. Sehingga tidak bertindak karena takut salah adalah sama saja membuang kesempatan untuk meraih kesuksesan. Mahasiswa yang takut salah ketika ingin menjawab pertanyaan dosen ketika di kelas atau seminar tugas ahir, atau juga mahasiswa yang takut bertanya kepada dosen karena berbagai alasan adalah salah satu contoh dari menyia-nyiakan kesempatan untuk sukses.

Kesabaran tidak dapat disangkutpautkan dengan ketidaktegasan, hal ini sesuai dengan Q.S. Ali Imran (3): 159. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Dalam istilah ilmu marketing disebutkan pula “to be first is better than to be the best”. Menjadi yang pertama adalah lebih baik dari menjadi yang paling berkualitas. Dalam hal ini suatu produk atau bentuk pemasaran yang paling inovatif dan merek terkenal yang akan menarik hati calon pembeli dari pada produksi dari perusahaan baru yang mempunyai produk berkualitas tinggi namun belum terkenal.

Kesimpulan dari essay ini adalah bahwa penulis masihlah jauh dari hal yang berkaitan denga dengan kesuksesan, namun penulis berharap dapat membagi sedikit saja pengalaman yang pernah didapat. Dan jangan meributkan lagi “kegalauan”, atau dalam “memilih pilihan yang tepat”. Karena masa depa kita tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, maka dekatlah dengan Allah, agar kalau kita berbuat salah, maka Allah akan membetul-betulkan dan jika kita tidak tahu maka Allah akan memberitahu kita. Orang yang melihat masa depan gagal adalah orang yang tak mempercayai Allah, karena ia hanya percaya akan akal pikirannya yang sangat terbatas tesebut dan tidak percaya bahwa bantuan dari Allah akan datang.